INDIVIDU
Individu adalah seorang manusia
yang tidak hanya memiliki peranan khas di dalam lingkungan sosialnya, melainkan
juga mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku spesifik dirinya. Terdapat
tiga aspek yang melekat sebagai persepsi terhadap individu, yaitu aspek organik
jasmaniah, aspek psikis-rohaniah, dan aspek-sosial yang bila terjadi
kegoncangan pada suatu aspek akan membawa akibat pada aspek yang lainnya.
Individu tidak akan jelas identitasnya tanpa adanya suatu masyrakat yng menjadi
latar belakang keberadaanya. Individu berusaha mengambil jarak dan memproses
dirinya untuk membentuk perilakunya yang selaras dengan keadaan dan kebiasaan
yang sesuai dengan perilaku yang telah ada pada dirinya.Manusia sebagai
individu salalu berada di tengah-tengah kelompok individu yang sekaligus
mematangkannya untuk menjadi pribadi yang prosesnya memerlukan lingkungan yang
dapat membentuknya pribadinya. Namun tidak semua lingkungan menjadi faktor
pendukung pembentukan pribadi tetapi ada kalanya menjadi penghambat proses
pembentukan pribadi.
Pertumbuhan
Individu
Terdapat tiga aliran konsep pertumbuhan yaitu:
1. Aliran asosiasi: pertumbuhan merupakan suatu proses asosiasi yaitu terjadinya
perubahan pada seseorang secara bertahap karena
pengaruh baik dari pengalaman luar melalui panca indra yang menimbulkan
senssation maupun pengalaman dalam mengenal batin sendiri yang menimbulkan
reflexions.
2. Aliran psikologi gestalt: pertumbuhan adalah proses diferensiasi yaitu proses perubahan secara
perlahan-lahan pada manusia dalam mengenal sesuatu. Pertama mengenal secara
keseluruhan, baru kemudian mengenal bagian demi bagian dari lingkungan yang
ada.
3. Aliran sosiologi: pertumbuhan merupakan proses perubahan dari sifat mula-mula yang
asosial dan social kemudian tahap demi tahap disosialisasikan.
Faktor
– faktor yang mempengaruhi pertumbuhan, yaitu :
1. Pendirian Nativistik yaitu Pertumbuhan individu semata-mata
ditentukan oleh faktor- faktor
yang dibawa sejak lahir.
2. Pendirian Empiristik dan Envinronmentalistik yaitu Pertumbuhan
individu semata-mata
tergantung kepada lingkungan
sedangkan dasar tidak berperanan sama sekali.
Pendirian Konvergensi dan
Interaksionisme yaitu Interaksi antara dasar dan linkunagan dapat
menentukan pertumbuhan
individu.
Tahap pertumbuhan
Individu berdasarkan Psikologi
KELUARGA
Keluarga
berasal dari bahasa sansekerta kula dan warga.
“kulawarga” yang berarti “anggota” “kelompok kerabat”. Keluarga adalah
lingkungan di mana beberapa orang yang masih memiliki hubungan
darah, bersatu.
Keluarg inti (”nuclear
family”) terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak mereka.
Keluarga merupakan unit satuan masyarakat terkecil sekaligus merupakan suatu
kelompok kecil dalam
masyarakat.
# Menurut Sigmund Freud, keluarga terbentuk
karena adanya perkawinan pria dan wanita. Sedangkan
menurut Durkhem, keluarga adalah lembaga sosial sebagai hasil factor-faktor
politik, ekonomi, dan lingkungan.
Secara
umum dapat dikatakan bahwa keluarga merupakan atau kelompok orang yang
mempunyai hubungan darah dan perkawinan. Terdiri dari:
* Keluarga nuklir/inti/batih (nuclear family)
: Keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak.
* Keluarga tua (extended family) : Keluarga
kekerabatan yang terdiri dari 3 atau 4 keluarga batih yang
terikat oleh
hubungan orang tua anak atau saudara kandung oleh suatu tempat tinggal bersama yang
besar.
* Keluarga Individu tersebut merupakan salah
satu keturunan.
Fungsi
keluarga secara umum adalah:
1. Pengatur Seksual
- Hidup bersama atas dasar suka sama suka
(kumpul kebo).Pergundikan
- Hubungan seorang bangsawan dengan gundiknya
(jaman praindustri masyarakat barat) atau Raja dengan Selir.
- Melahirkan anak pada masa tunangan.
- Perzinahan, sang lelaki sudah menikah
ataupun sang wanita sudah menikah.
- Kehidupan bersama seorang yang bertarak
(celibate, pastoral, biarawan, menahan hawa nafsu) dengan orang lain yang
juga hidup bertarak atau yang tidak bertarak.
- Perzinahan, kedua-duanya telah menikah.
- Kehidupan bersama wanita yang berkasta tinggi
dengan lelaki berkasta rendah.
- Incest (hubungan seksual dalamsatu
keluarga), saudara lelaki dengan saudara perempuan, bapak dengan anak
perempuan, ibu dengan anak lelaki.
2. Reproduksi
3. Sosialisasi
4. Pemeliharaan
5. Penempatan anak
didalam masyarakat
6. Pemuas kebutuhan
perorangan
7. Kontrol Sosial. William J. Goode (1983) menyusun jenis-jenis penyimpangan sosial dalam
pengaturan seksual menurut ketidak seimbangan dalam struktur sosial, yaitu:
Menurut H. Abu Ahmadi
1) Fungsi Biologis
2) Fungsi Pemeliharaan
3) FungsiEkonomi
4) Fungsi Keagamaan
5) Fungsi Sosial
Menurut Soewaryo
Wangsanegara
1) Pembentukan kepribadian
2) Alat reproduksi
3) Merupakan eksponer dari kebudayaan
masyarakat
4) Lembaga perkumpulan perekonomian
5) Pusat pengasuhan dan pendidikan
Peristiwa terputusnya sistem keluarga, menurut
William J, Goode (1983), dapat mengakibatkan terpecahnya suatu unit keluarga.
Beberapa
macam utama kekacauan keluarga:
1) Ketidaksahan, unit keluarga yang tidak
lengkap
2) Pembatalan, perpisahan, perceraian, dan
meninggalkan
3) Keluarga selaput kosong
4) Ketiadaan salah satu pasangan karena hal
yang tidak diinginkan
5) Kegagalan peran penting yang tidak
diinginkan
MASYARAKAT
Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang telah memiliki tatanan kehidupan,
norma-norma, adat istiadat yang sama-sama ditaati dalam lingkungannya.
Tatanan kehidupan,
norma-norma yang mereka miliki itulah yang dapat menjadi dasar kehidupan sosial
dalam lingkungan mereka, sehingga dapat membentuk suatu kelompok manusia yang
memiliki ciri-ciri
kehidupan yang khas. Menilik
kenyataan di lapangan,suatu kelompok masyarakat dapat berupa suatu suku bangsa.
Bisa juga berlatar belakang suku.
Dalam
pertumbuhan dan perkembangan suatu masyarakat, dapat digolongkan menjadi
masyarakat sederhana dan masyarakat maju (masyarakat modern).
1. Masyarakat Sederhana.
Dalam lingkungan masyarakat sederhana
(primitif) pola pembagian kerja cenderung dibedakan menurut jenis kelamin.
Pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin, nampaknya berpngkal tolak dari
kelemahan dan kemampuan fisik antara seorang wanita dan pria dalam menghadapi
tantangan alam yang buaspada saat itu.
Kaum pria melakukan pekerjaan yang berat-berat seperti
berburu, menangkap ikan di laut, menebang pohon, berladang dan berternak.
Sedangkan kaum wanita melakuakan
pekerjaann yang ringan-ringan seperti mengurus rumah tangga, menyusui dan
mengasuh anak-anak ,merajut, membuat pakaian, dan bercocok tanam.
2. Masyarakat Maju.
Masyarakat maju memiliki aneka ragam kelompok
sosial, atau lebih dikenal dengan kelompok
organisasi kemasyarakatan yang
tumbuh dan berkembang berdasarkan kebutuhan serta tujuan
tertentu yang akan dicapai. Organisasi
kemasyarakatan tumbuh dan berkembang dalam lingkungan
terbatas sampai pada cakupan nasional, regional maupun internasional.
Dalam
lingkungan masyarakat maju, dapat dibedakan sebagai kelompok masyarakat non
industri dan masyarakat industri.
1) Masyarakat Non
Industri
Secara garis besar, kelompok nasional atau
organisasi kemasyarakatan non industri dapat digolongkan menjadi dua golongan
yaitu :
a. Kelompok primer
Dalam kelompok primer, interaksi antar anggota
terjalin lebih intensif, lebih erat, lebih akrab. Kelompok primer ini juga
disebut kelompok “face to face group”, sebab para anggota sering berdialog
bertatap muka. Sifat interaksi dalam kelompok primer bercorak kekeluargaan dan
lebih berdasarkan simpati. Pembagian kerja dan tugas pada kelompok menenerima
serta menjalankannya tidak secara paksa,
namun berdasarkan kesadaran dan
tanggung jawab para anggota secara sukarela. #Contoh-contohnya: keluarga, rukun tetangga, kelompok agama, kelompok belajar,dll
b. Kelompok sekunder
Antaran anggota kelompok sekunder, terpaut
saling hubungan tak langsung, formal, juga kurang bersifat kekeluargaan. Oleh
karena itu sifat interaksi, pembagian kerja, antaranggota kelompok diatur atas
dasar pertimbangan-pertimbangan rasiomnal dan objektif.
Para anggota
menerima pembagian kerja/tugas berdasarkan kemampuan dan keahlian tertentu,
disamping itu dituntut pula dedikasi. Hal-hal tersebut dibutuhkan untuk
mencapai target dan tujuan tertentu yang telah di flot dalam program-program
yang telah sama-sama disepakati. Contohnya: partai politik, perhimpunan serikat
kerja/buruh, organisasi profesi dan sebagainya. Kelompok sekunder dapat dibagi
dua yaitu : kelompok resmi (formal group) dan kelompok tidak resmi (informal
group). Inti perbedaan yang terjadi adalah kelompok tidak resmi tidak berststus
resmi dan tidak didukung oleh Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga
(ART) seperti lazim berlaku pada kelompok resmi.
2) Masyarakat Industri
Durkheim mempergunakan variasi pembagian kerja
sebagi dasar untuk mengklarifikasikan masyarakat,
sesuai dengan taraf
perkembangannya, tetapi ia lebih cenderung memergunakan dua taraf klarifikasi,
yaitu sederhana dan yang kompleks. Masyarakat yang berada di antara keduanya
daiabaikan
(Soerjono Soekanto, 1982 :190).
Jika
pembagian kerja bertambah kompleks, suatu tanda bahwa kapasitas masyarakat
bertambah tinggi.
Solidaritas didasarkan pada hubungan saling ketergantungan
antara kelompok-kelompok masyarakat yang telah mengenal pengkhususan. Otonomi
sejenis juga menjadi cirri dari bagian/kelompok-kelompok masyarakat industri
dan diartikan dengan kepandaian/keahlian khusus yang dimiliki seseorang secara mandiri, sampai pada batas-batas tertentu.
Laju pertumbuhan
industri-industri berakibat memisahkan pekerja dengan majikan menjadi lebih
nyata dan timbul konflik-konflik yang tak terhindarkan, kaum pekerja membuat
serikat-serikat kerja/serikat buruh yang diawali perjuangan untuk memperbaiki
kondisi kerja dan upah. Terlebih setelah kaum industralis mengganti tenaga
manusia dengan mesin.
Interaksi
Antara Individu, Keluarga Dan Masyarakat
Seorang individu barulah individu apabila pola
prilakunya yang khas dirinya diproyeksikan pada suatu lingkungan social yang
disebut masyarakat.
Gambaran mengenai relasi
individu dengan lingkungan sosialnya:
a) relasi individu dengan dirinya
b) relasi individu dengan keluarga
c) relasi individu denganlembaga
d) relasi individu dengan komunitas
e) relasi individu dengan masyarakat
f) relasi individu dengan nasional
HUBUNGAN
ANTARA INDIVIDU, KELUARGA, MASYARAKAT, DAN KEBUDAYAAN
Aspek individu, keluarga, masyarakat dan
kebudayaan adalah aspek-aspek sosial yang tidak bisa
dipisahkan. Keempatnya
mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Tidak akan pernah ada keluarga,
masyarakat maupun kebudayaan apabila tidak ada individu. Sementara di pihak
lain untuk
mengembangkan eksistensinya sebagai manusia, maka individu
membutuhkan keluarga dan masyarakat,
yaitu media di mana individu dapat
mengekspresikan aspek sosialnya. Di samping itu, individu juga membutuhkan
kebudayaan yakni wahana bagi individu untuk mengembangkan dan mencapai
potensinya sebagai manusia. Lingkungan
sosial yang pertama kali dijumpai individu dalam hidupnya adalah lingkungan
keluarga. Di dalam keluargalah individu mengembangkan kapasitas pribadinya. Di
samping itu, melalui keluarga pula individu bersentuhan dengan berbagai gejala
sosial dalam rangka mengembangkan kapasitasnya sebagai anggota keluarga.
Sementara itu, masyarakat merupakan lingkungan sosial individu yang lebih luas.
Di dalam masyarakat, individu mengejewantahkan apa-apa yang sudah dipelajari
dari keluarganya. Mengenai hubungan
antara individu dan masyarakat ini, terdapat berbagai pendapat tentang mana
yang lebih dominan. Pendapat-pendapat tersebut diwakili oleh Spencer, Pareto,
Ward, Comte, Durkheim, Summer,dan Weber. Individu belum bisa dikatakan sebagai
individu apabila dia belum dibudayakan. Artinya hanya individu yang mampu
mengembangkan potensinya sebagai individulah yang bisa disebut individu. Untuk mengembangkan potensi kemanusiaannya ini atau untuk menjadi berbudaya
dibutuhkan media keluarga dan masyarakat.